Bisa dibilang, wayang adalah sumber cerita yang tak
habis-habisnya dikisahkan ulang baik melalui media tradisional seperti
pakeliran wayang kulit dan wayang orang atau media modern semacam komik dan
novel. Kita masih ingat bagaimana RA Kosasih mengolah cerita wayang menjadi
komik yang fenmomenal pada tahun 1970-an. Sementara sastrawan seperti Romo
Mangunwidjaya terinspirasi wayang dan melahirkan novel Durga Umayi, atau Nirman
Dewanto dalam Bomantara.
Dari babon utama seperti Lokapala, Ramayana dan
Mahabharata, para pencerita wayang di Indonesia mengembangkan cerita-cerita
kreasi mereka sendiri yang lalu disebut carangan,
atau cerita di luar babon utama tersebut. Sebut saja Serat Kalimasada, Dewa
Ruci atau Arjunawiwaha. Belakangan jagad novel modern juga diramaikan dengan
judul-judul berbasis wayang seperti Wisanggeni Membakar Api atau Arjuna Sang
Pemanah Sejati karya Pitoyo Amrih.
Namun novel berbasis wayang dengan cara bercerita
beda nampaknya baru kali ini. Aurora di Langit Alengka karya Agus Andoko
mencoba menceritakan wayang dengan cara yang amat beda, bahkan melenceng dari
pakem. Jika komik dan novel-novel wayang lain seperti bercerita ulang, Agus
menawarkan lakon yang sepertinya dibuat sendiri.
Novel ini menceritakan empat anak muda Jakarta yang
tertarik desas-desus tentang lorong rahasia menuju dunia wayang. Kabar angin
itu membawa mereka ke sebuah desa kecil di Klaten, Jawa Tengah. Di kotak wayang
kuno milik seorang dalang sepuh bernama Eyang Gondobayu secara kebetulan mereka
menemukan lorong rahasia itu. Mereka pun masuk, menyusuri lorong gelap dan tiba
di ujung lain, Negeri Kosala, tepat ketika Rama memboyong Sinta dari Mantili.
Dari sinilah petualangan anak-anak pemberani ini dimulai.
Dalam kesadaran penuh, empat anak muda itu menjalani
kehidupan di salah satu negeri wayang itu. Mereka hidup bersama mahkluk-mahkluk
dunai wayang, baik manusia, gandarwa, raksasa, hantu-hantu, hewan-hewan yang
bisa bicara, dewa-dewa maupun bidadari-bidadari yang bisa melayang-layang. Oleh
penulis, kehidupan dalam kesahajaan itu dideskripsikan, atau tepatnya
dieksporasi secara detail.
Empat anak muda itu bahkan masuk ke Hutann Dandhaka,
salah satu tempat yang penting dalam wiracarita Ramayana. Pendek kata mereka
hidup bersama Rama, Sinta dan Laksmana yang tengah menjalani pembuangan. Karena
sudah tahu apa yang bakal terjadi, keempatnya berusaha mencegah penculikan
Sinta oleh Rahwana. Saat Kijang Kencana datang menggoda, salah satu anak itu
memanahnya hingga berubahlah wujudnya menjadi Kala Marica yang diutus Rahwana
menjauhkan Sinta dari Rama. Momen ini menyadarkan Rama bahwa Sinta dalam bahaya
sehingga ia sangat melindungi.
Merasa saatnya kembali ke dunia mereka tiba, keempat
anak itu pun berencana pulang melewati lorong rahasia yang dulu membawa mereka
masuk ke dunia wayang. Tapi pada hari kepulangan itu, Laras, salah satu dari
empat anak muda yang penampilannya mirip Sinta menjadi korban salah culik
Rahwana. Dari titik inilah petualangan lebih seru dimulai. Agus, dalam kapasitasnya
sebagai “dalang” leluasa menceritakan bagaimana Rama membebaskan Laras dengan
caranya sendiri, yang sudah pasti sangat beda dengan pakem Ramayana yang ada.
Judul : Aurora di Langit Alengka (novel)
Pengarang : Agus Andoko
Penerbit : Diva Press
Kota Terbit : Yogyakarta
Tahun terbit : 2013 cetakan pertama Maret 2013
Jumlah halaman : 606 , Ilustrasi 27 halaman